Kamis, 22 Juli 2010

Biografi Ibnu Khuzaimah

Ust. Robiyanto Ibrahim As-Salafy Al-Atsari
Pengasuh Ponpes Ar-Rahman Batudaa Prov. Gorontalo

Nama sebenarnya adalah Muhammad bin Ishaq Abu Bakar bin Khuzaimah an Naisabury, ia seorang imam besar yang melawat ke berbagai kota untuk mencari hadist, beliau pergi ke Ray, Baghdad, Basrah, Kufah, Syam, Jazirah, Mesir dan Wasith.
Ia mendengar hadits dari banyak ulama diantara mereka adalah Ishaq bin Rahawaih, Muhammad bin Humaid, ar-Razy. Akan tetapi ia tidak meriwayatkan hadits hadits yang mereka dengan dari mereka itu, akan tetapi ia meriwayatkan dari Abu Qudamah, dan diantara hadits yang diriwayatkan dari al Bukhari dan Muslim dan diluar dari Ash Shahih.
Beliau sangat berhati hati dalam meriwayatkan hadits, kadang kadang ia meninggalkan hadits karena ada catatan pada sanadnya.
Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata,” Kami lebih banyak memperoleh ilmu dari Ibnu Khuzaimah daripada yang ia diperoleh dari kami”.
Ad Daraquthny berkata,” Ibnu Khuzaimah seorang Imam yang kuat hapalannya dan tak ada bandingannya”.
Al Hakim menggolongkan ia ke dalam golongan fuqaha hadits, ia banyak mempunyai kitab dan beliau mempunyai sebuah kitab ash Shahih yang terletak dibawah Shahih Muslim.
Ia wafat pada tahun 311 H
Ibnu Khuzaimah Wafat
Tanggal 2 Zulkaidah 311 Hijriah, Ibnu Khuzaimah, seorang ahli hadits dan fakih termasyhur abad ke-4 Hijriah meninggal dunia. Dia terlahir ke dunia pada tahun 223 Hijriah, dan mulai menimba berbagai disiplin ilmu agama sejak masa mudanya dengan berkelana dari satu negeri ke negeri lain. Jerih payah dan kehebatannya kemudian terabadikan dalam karya-karya tulisnya dalam jumlah besar, satu diantaranya buku Attauhid wa Itsbat as-Sifaat ar-Rab.
Sebuah buku yang mengupas akidah Islam. Dalam kitab ini pula, Ibnu Khuzaimah memberikan penjelasan secara rinci keyakinan-keyakinannya tentang keesaan dan sifat-sifat Tuhan berdasarkan ayat-ayat AlQuran serta hadits dan riwayat-riwayat dari Ahlil Bait Rasul SAWW.

Meraih Kemuliaan dengan akhlaq

Ust. Abu Juwairiyah Robiyanto Ibrahim As-Salafy Al-Atsariy

Pengasuh Ponpes Ar-Rahman Batudaa

BAB I

AKHLAK TERPUJI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Akhlak adalah berprilaku dengan baik. Ada orang yang mendefinisikan akhlak dengan kehidupan karena mencakup segala aspek kehidupan. Akhlak adalah hal yang sangat penting karena akhlak merupakan cermin dari aqidah seseorang. Oleh karena itu, aqidah tanpa akhlak akan menimbulkan kehidupan sehari-hari tidak terealisasi. Rasululloh SAW. adalah orang yang memiliki aqidah yang paling baik sehingga memiliki akhlak yang baik pula.

Allah SWT. berfirman:

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Sesungguhnya engkau ( Nabi Muhammad SAW. ) adalah orang yang memiliki akhlak yang paling agung”.( QS.Al-Qolam :4 )

Sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW.:

حدثنا عبد الله حدثني أبي حدثنا سعيد بن منصور قال حدثنا عبد العزيز بن محمد عن محمد بن عجلان عن القعقاع بن حكيم عن أبي صالح عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إنما بعثت لأتمم صالح الأخلاق

“Telah berbicara kepada kami Abdulloh, telah berbicara kepada saya ayahku, telah berbicara kepada kami sa’id bin Mansur berkata telah berkata kepada kami Abdul ‘Aziz bin Muhammad dari Muhammad Bin Ajlan dari Qo’Qo’a bin Hakim dari Abu Sholeh dari Abu Huroiroh berkata: telah berkata Rosululloh SallAllahu ‘alaihi wasallam:Hanya saja saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”.[1]

Dari hadits tersebut memberikan pelajaran bagi kita bahwa di zaman sebelum Rosulullah SAW. diutus maka sudah dipraktekkan akhlak yang mulia tetapi belum sempurna. Maksud disempurnakan disini maknanya adalah tidakk berperilaku dengan akhlak yang tidak baik dan perbuatan yang bersifat jahiliyah dengan menggantikan dengan akhlak yang terpuji.

Ayat di atas merupakan pujian dari Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW. Walaupun kita tidak seperti Rosulullah SAW. akan tetapi kita tetap berusaha untuk mengikuti jejak yang dibawa oleh Beliau. Akhlak yang paling tinggi derajatnya dalam Islam, Rosulullah SAW. bersabda:

حدثنا عبدان عن أبي حمزة عن الأعمش عن أبي وائل عن مسروق عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما قال: لم يكن النبي صلى الله عليه وسلم فاحشا ولا متفحشا وكان يقول ( إن من خياركم أحسنكم أخلاقا(

“Telah berkata kepada kami ‘Abdan dari Abu Hamzah dari A’masy dari abu wa-il dari Masruq dari Abdulloh bin Umar RodiAllahu ‘anhu berkata : Nabi Muhammad SallAllahu ‘alaihi wasallam bukanlah orang yang memiliki perkataan dan perbuatan keji, dan Nabi Muhammad SallAllahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya orang-orang pilihan diantara kalian adalah orang yang memilki akhlak yang baik”[2].

حدثنا حفص بن عمر حدثنا شعبة عن سليمان قال سمعت أبا وائل قال سمعت مسروقا قال قال عبد الله بن عمرو: إن رسول الله صلى الله عليه وسلم لم يكن فاحشا ولا متفحشا وقال ( إن من أحبكم إلي أحسنكم أخلاقا (

“Telah mengatakan kepada kami hafs bin Amr, telah berkata kepada kami Syu’bah dari Sulaiman berkata Sya telah mendengar Abu wa-il berkata: Saya telah mendengar Masruq berkata:Berkata Abdulloh Bin Umar berkata sesungguhnya Rosululloh salAllahu ‘alaihi wasallam bukan orang yang memiliki perbuatan dan perkataan yang keji dan berkata : Sesungguhnya orang diantara kalian yang paling cinta kepada saya adalah orang yang memiliki akhlak yang baik”.[3]

حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا عبد الرحمن قال ثنا حماد بن سلمة عن محمد بن زياد قال سمعت أبا هريرة يقول سمعت أبا القاسم صلى الله عليه وسلم يقول : خيركم اسلاما أحاسنكم أخلاقا إذا فقهوا

“Telah berkata kepada kami Abdulloh, telah berkata kepada saya Ayahku, telah berkata kepada kami Abdurrohman berkata: Telah berkata kepada kami Hamad Bin Salamah dari Muhammad Bin Ziyad berkata: Saya mendengar Abu Huroiroh berkata : Saya mendengar Abul Qosim SallAllahu ‘alaihi wasallam berkata:Orang yang paling baik islam diantara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya jika mereka mengetahuinya”.[4]

أخبرنا أبو يعلى قال : حدثنا قاسم بن أبي شيبة قال : حدثنا يعقوب بن إبراهيم بن سعد قال : حدثنا أبي عن يزيد بن عبد الله بن الهاد عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن محمد بن عبد الله : عن عبد الله بن عمرو أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال في مجلس : ( ألا أخبركم بأحبكم إلي وأقربكم مني مجلسا يوم القيامة ؟ ) - ثلاث مرات يقولها - قلنا : بلى يا رسول الله قال : ( أحسنكم أخلاقا (

“Telah memberitakan kepada kami abu ya’la berkata : telah mengatakan kepada kami Qosim Bin Abi Syaibah berkata:Telah berkata kepada kami Ya’qub bin Ibrohim bin Sa’ad berkata: Telah berkata kepada kami ayahku dari Yazid bin Abdulloh Bin Had dari Umar bin Syu’aib dari ayahnya dari Muhammad bin Abdulloh:dari Abdulloh bin Umar bahwasanya Rosululloh SallAllahu ‘alaihi wasallam di dalam satu majelis: Maukah kalian saya beritahukan tentang orang-orang yang lebih mencintai saya dan orang-orang yang lebih dekat kepada saya tempat duduknya di hari kiamat ? ( tiga kali Rosul mengatakan demikian ), kami berkata : tentu wahai Rosululloh, kemudian Rosul menjawab : Orang yang paling baik akhlaknya diantara kalian”. [5]

Di dalam hadits yang lain, Rosul bersabda :

حدثنا أبو خيثمة ، حدثنا ابن إدريس ، حدثنا محمد بن عمرو ، عن أبي سلمة ، عن أبي هريرة ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « أفضل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا ، وخياركم خياركم لنسائهم

“ Telah mengatakan kepada kami abu haitsamah, telah berkata kepada kami ibnu idris, telah berkata kepada kami Muhammad bin amru dari abi salamah dari abi huroiroh berkata :berkata Rosululloh sallAllahu ‘alaihi wasallam : orang beriman yang paling mulia adalah orang yag paling baik akhlaknya, dan orang yang pilihan diantara kalian orang pilihan diantara kalian bagi wanita-wanita mereka”[6]

Hadits ini menunjukkan bahwa keimanan memilki tanda dan keimanan seseorang yaitu tatkala seseorang memilki akhlak mulia yang direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari berupa kedermawanan, shodaqoh, keikhlasan dalam menasehati seseorang.

Di dalam hadits yang lain :

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ يَعْنِي الْإِسْكَنْدَرَانِيَّ عَنْ عَمْرٍو عَنْ الْمُطَّلِبِ عَنْ عَائِشَةَ رَحِمَهَا اللَّهُ قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ

“Telah berkata kepada kami Qutaibah bin Said, telah mengatakan kepada kami ya’qub yaitu iskandaroniyi dari ‘amr dari muthollib dari ‘Aisyah RodiAllahu ‘anha berkata :saya telah mendengar dari Rosul SallAllahu ‘alaihi wasallam berkata: Sesunguhnya orang beriman akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan orang sering melakukan sholat malam dengan baiknya akhlak”.[7]

Dalam hadits yang lain rosul SAW bersabda :

حدثنا إبراهيم بن الحجاج السامي ، حدثنا بشار بن الحكم ، حدثنا ثابت البناني ، عن أنس ، قال : لقي رسول الله صلى الله عليه وسلم أبا ذر فقال : « يا أبا ذر ، ألا أدلك على خصلتين (1) هما أخف على الظهر وأثقل في الميزان من غيرها ؟ » . قال : بلى يا رسول الله . قال : « عليك بحسن الخلق وطول الصمت ، فوالذي نفسي بيده ، ما تجمل الخلائق بمثلهما »

“Telah berkata kepada kami Ibrohim bin Hajjaj As-Syam, telah berkata kepada kami basyar bin Hakim, telah berkata kepada kami tsabit al-banani, dari Anas berkata : Rosululloh berjumpa dengan abu dzar berkata : wahai abu dzar, maukah engkah saya ajarkan dua sikap yang lebih ringan di punggung dan lebih berat di timbangan nanti dari selainnya : berkata abu dzar : tentu wahai rosul, Rosul berkata : wajib atas kamu berakhlak baik dan banyak diam, demi yang diriku berada ditangannya, betapa indahnya akhlak seperti itu”.[8]

BAB II

PEMBAGIAN AKHLAK BAIK

Akhlak terbagi dua macam:

  1. Akhlak kepada Allah SWT adalah suatu akhlak yang paling mulia seperti bertauhid kepada Allah dan meniggalkan kesyirikan, senantiasa menyandarkan hanya kepada Allah di dalam berbagai aspek kehidupan. Dan ini merupakan akhlak yang paling asas sebelum berakhlak kepada makhluk.Betapa banyak orang yang memiliki akhlak kepada manusia, akan tetapi akhlak kepada Allah sangat rusak seperti menyembah kuburan-kuburan. Oleh karena itu, kelompok jahmiyah dan qodariyah memilki perilaku yang buruk kepada Allah dengan mengingkari sifat-sifat Allah SWT.Bahkan seluruh rosul mengajak kepada kaumnya untuk berakhlak yang baik kepada Allah SWT,

Allah SWT berfirman :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”.( QS. An-Nahl:36 )

Dan Allah SWT membenci akhlak yang tidak baik kepada-NYA( berbuat syirik ), sebagaimana firman Allah SWT :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”.( QS. An-Nisa’:115)

Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An-Nisa’: 48 )

Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman :

وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ

“Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan”.( QS. An-Nisa’ : 14 )

Di dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman :

وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا

“Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”.( QS. Al-Ahzab : 36 )

Di dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman :

وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا

“Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya”.( QS. Al-Jin : 23 )

  1. Akhlak kepada makhluk diantaranya akhlak kepada Rosulullah SAW, akhlak kepada para sahabat Ridhwanullahi ajma’in, akhlak kepada para ulama dan para umaro ( pemimpin ), akhlak kepada orang tua, akhlak kepada tetangga, akhlak kepada sesama muslim, dan khususnya akhlak kepada diri kita sendiri.

· Akhlak kepada Rosul yaitu dengan cara mencintai kepada Rosul.

Diantara akhlak kepada Rosul adalah mengikuti sunnah–sunnah Nabi Muhammad dan meninggalkan bid’ah-bid’ahnya karena bid’ah itu adalah salah satu bentuk akhlak yang jelek kepada rosul.

Allah SWT berfirman :

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali”.( QS. An-Nisa’: 115 )

Dalam ayat yang lain, Allah SWT berfirman :

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.( QS. Al-Ahzab : 36 )

· Akhlak kepada para sahabat Nabi

Sahabat nabi adalah orang –orang beriman dan bertemu dengan Rosululloh dan meninggal dunia dalam keadaan Islam.Hendaklah seorang muslim tidaklah mencela para sahabat Nabi Muhammad RodiAllahu ‘anhum ajma’in karena mereka telah dipuji oleh Allah dan dijamin dengan syurga.

Allah SWT berfirman :

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar”. ( QS. At-Taubah : 100 )

Di dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman :

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin ( para sahabat nabi), Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali”.( QS. An-Nisa’: 115 )

Sebagaimana dalam hadits Rosululloh SAW :

حدثنا واصل بن عبد الأعلى حدثنا محمد بن الفضيل عن الأعمش عن علي بن مدرك عن هلال بن يساف عن عمران بن حصين قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول خير الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم

“Telah berkata kepada kami washil bin abdul a’la, elah berkata kepada kami Muhammad bin fudhoil dari A’masy dari Ali bin Madrak dari Hilal bin Yasaf dari Imron Bin Hushoin : saya mendengar Rosululloh berkata : sebaik-baik manusia adalah dizamanku, kemudian generasi setelahnya ( tabi’in ), kemudian generasi setelahnya ( tabi’ut tabi’in )”.[9]

· Akhlak kepada para ulama

Ulama adalah orang-orang yang membawa warisan para nabi, oleh sebab itu kita jangan sekali-kali mencela para ulama, karena para ulama itu adalah orang yang paling takut kepada Allah,

Allah SWT berfirman :

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun”.( QS. Fathir : 28 )

Dari ayat diatas menunjukkan kepada kita bahwa orang yang takut kepada Allah adalah para ulama.Apabila ada orang yang mengaku dirinya sebagai ulama kemudian dia melakukan hal-hal yang melanggar syari’at Islam maka dia tidak dinamakan ulama.Ayat ini juga membantah orang-orang yang meremehkan para ulama bahkan mengkafirkan para ulama, karena para ulama itu berbuat sesuai dengan ilmu yang dia miliki,tidak seperti orang-orang yang tidak punya kemapanan ilmu-ilmu Islam kemudian berdakwah sehingga mendapatkan banyak kerusakan disbanding kebaikannya, Allahul musta’an.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda :

وإن العلماء ورثة الأنبياء وإن الأنبياء لم يورثوا دينارا ولا درهما ورثوا العلم فمن أخذه أخذ بحظ وافر

“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, sesungguhnya para nabi tidak mewarisi dinar dan dirham akan tetapi pewaris ilmu, maka barangsiapa yang mengambil ilmu, maka sungguh dia mengambil bagian yang besar”.[10]

Bahkan sebab kebaikan ummat itu adalah adanya para ulama,

Sebagaimana hadits Rosulullah SAW :

حدثنا إسماعيل بن أويس قال حدثني مالك عن هشام بن عروة عن أبيه عن عبد الله بن عمرو بن العاص قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ( إن الله لا يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من العباد ولكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى إذا لم يبق عالما اتخذ الناس رؤوسا جهالا فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا (

“Telah mengatakan kepada kami Ismail bin Uwais berkata, telah mngatakan kepada saya Malik dari Hisyam bin urwah dari ayahnya dari Abdulloh Bin Amr Bin ‘Ash berkata : saya mendengar Rosul berkata :Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dari( hati-hati ) hamba akan tetapi dicabutnya ilmu dengan diwafatkan para ulama, sampai tidak ada lagi orang yang berilmu, sehingga manusia mennjadikan pemimpin-pemimpin orang bodoh, kemudian manusia-manusia tersebut bertanya kepada pemimpin-pemimpin itu dan mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan”.[11]

Dari hadits kita mendapatkan gambaran besar, betapa pentingnya para ulama dihadapan kita, karena dengan ulama, manusia itu mendapatkan hidayah begitupun sebaliknya tanpa para ulama, kita seperti anak ayam yang kehilangan induknya, tidak ada tempat bertanya lagi yang akan mengakibatkan kita akan sesat dan akan menyesatkan ummat apabila kita berfatwa tanpa ilmu.

· Akhlak kepada orang tua

Orang tua adalah orang-orang yang lebih berhaq untuk kita tunaikan haqnya setelah Allah SWT dan Rosululloh SAW.

Sebagaimana Firman Allah SWT :

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآَتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ

“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israel (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling”.( QS. Al-Baqarah :83 )

Dalam ayat yang lain Allah SWT berfiman :

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”.( QS.An-Nisa’:36 )

Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman :

قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya)”.( QS. Al-An’am : 151 )

Di dalam ayat yang lain, Allah SWT berfirman :

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.( QS.Al-Isra’ : 23 )

Marilah kita mencermati ayat-ayat di atas, alangkah indahnya orang yang berbakti kepada kedua orang tua. Oleh karena itu merupakan wasiat-wasiat Allah SWT dalam Al-qur’an karim tentang pentingnya berbakti kepada kedua orang tua.Bahkan berbakti kepada kedua orang tua merupakan jihad kepada Allah SWT.Sebagaimana dalam hadits Rosul :
حدثنا آدم حدثنا شعبة حدثنا حبيب بن أبي ثابت قال سمعت أبا العباس الشاعر وكان لا يتهم في حديثه قال سمعت عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما يقول : جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فاستأذنه في الجهاد فقال ( أحي والداك ) . قال نعم قال ( ففيهما فجاهد )

“Telah berkata kepada kami Adam, telah berkata kami Syu’bah, telah berkata kepada kami Hubaib Bin Abi Tsabit berkata, saya telah mendengar Abul ‘Abbas ( seorang penyair) dan dia tidak tertuduh di dalam haditsnya, berkata saya telah mendengar Abdulloh Bin Umar RodiAllahu ‘anhuma berkata:seseorang mendatangi kepada Rosululloh SallAllahu ‘alaihi wasallam dan meminta idzin kepadanya untuk berjihad, kemudian rosul bertanya: apakah orang tuamu masih hidup?dia berkata: ya, kemudian rosul menjawab: maka kepada mereka( berbakti kepada orang tua) adalah berjihad”.[12]

Maka beruntunglah orang-orang yang masih memiliki kedua orang tua karena dengan berbakti kepada mereka, kita akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala berjihad.

· Akhlak kepada tetangga

Tetangga merupakan orang yang rumahnya dekat dengan kita maka wajib atas setiap muslim untuk memuliakan tetangganya, bahkan itu merupakan salah satu bukti adanya keimanan kepada seseorang, sebagaimana Hadits Rosul SAW:

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ أَبِي حَصِينٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Telah berkata kepada kami Qutaibah bin Sa’id, telah berkata kepada kami Abul Ahwash dari Abi Hushoin dari Abi Sholeh dari Abu Huroiroh berkata: berkata Rosululloh SallAllahu ‘alaihi wasallam: Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir maka dia tidak mengganggu tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir adalah memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata yang baik atau diam”.[13]

Dalam hadits yang lain Rosululloh SAW bersabda :

حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَنْبَأَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

“Telah berkata kepada kami Harmalah bin Yahya, telah memberitakan kepada kami Ibnu wahab berkata:telah memberitakan kepada kami Yunus dari Ibnu Syihab dari Abu salamah bin abdurrohman dari Abu Huroiroh dari Rosululloh SallAllahu ‘alaihi wasallam berkata, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari akhir hendaklah dia berkata yang baik atau diam, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya”.[14]

· Akhlak kepada sesama muslim

Akhlak yang mulia merupakan sarana yang paling agung dalam berdakwah di jalan Allah.Dakwah Rosulullah diterima oleh orang-orang quraisy karena akhlak beliau.Apabila seorang da’i tidak memiliki akhlak yang baik maka ini akan menjadi sebab dakwah yang benar ditolak oleh kaum muslimin.Seperti sikapnya nabi musa kepada Fir’aun dan itu telah diperintahkan oleh Allah SWT untuk berkata dengan perkataan yang baik, Allah SWT berfirman :

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia( fir’aun ) ingat atau takut"( QS. Thaaha : 44 )

Perhatikanlah ayat ini wahai para pendakwah!

Karena ayat ini mengandung makna dan pelajaran yang sangat besar:

v Berdakwah itu dengan kalimat yang lembut ( bukan kalimat yang kasar ) sehingga orang-orang yang didakwahi itu tidak menjauhi dari kebenaran disebabkan kalimat yang kasar,

v Tujuan dakwah adalah bukannya ingin dianggap oleh orang lain bahwa kita adalah orang yang alim ( pandai mempermainkan lisan ) tetapi tujuan dakwah adalah agar orang itu ingat kepada Allah SWT yang menyebabkan juga orang itu takut kepada Allah SWT.

Di dalam ayat yang lain, Allah SWT berfirman :

فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى

“Dan katakanlah (kepada Firaun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)" ( QS. An-Nazi’at : 18 )

Dari ayat ini juga, kita akan mendapatkan pelajaran besar bagi kita semua bahwa Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Musa agar mengatakan dengan cara mengajak dan memberikan berita gembira ( membersihkan diri ).

Di dalam ayat yang lain, Allah SWT berfirman:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang paling baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. ( QS. An-Nahl : 125 )

Di dalam ayat di atas terkandung beberapa pelajaran yang besar bagi kita :

Asal dari dakwah adalah dengan cara yang paling baik dan tepat, terkadang tegas dan terkadang lemah lembut tergantung Situasi dan kondisi yang tepat atas tindakan yang akan dilakukan nanti,dan dinamakan hikmah adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya, sebagaimana dijelaskan oleh ibnu qoyyim al-Jauziyah :

فالحكمة إذا فعل ما ينبغي على الوجه الذي ينبغي في الوقت الذي ينبغي

“Hikmah adalah sesuatu pekerjaan( tindakan ) yang pantas, pada kondisi yang pantas, dan pada waktu yang pantas”.[15]

o Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad SAW tentang metode berdakwah atau tingkatan berdakwah yaitu dengan menempuh cara hikmah, apabila tidak berhasil maka menempuh dengan cara nasehat yang baik, dan apabila tidak berhasil maka menempuh dengan cara membantahlah atau berdebat dengan yang paling baik.

Dan apabila kita bersikap keras kepada orang yang mau kita dakwahi maka orang-orang yang kita dakwahi tersebut akan meninggalkan kita.

Allah SWT berfirman :

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”. ( QS. Ali-‘Imron : 159 )

Bahkan kita memilki qudwah ( panutan ) yang lebih pantas untuk diikuti sebagai dai kaum muslimin zaman dahulu sampai zaman sekarang, bahkan Allah SWT telah memuji beliau.

Allah SWT berfirman :

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu,sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”. (QS.At-Taubah :128)

Telah nampak kepada kita bahwa nabi Muhammad SAW menyampaikan dakwah agar ummatnya mendapatkan hidayah, bukan untuk menjatuhkan seseorang dalam dakwah. Perhatikan alangkah semangatnya Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah ke jalan Allah SWT.Bahkan Rosululloh mendoakan kepada seorang yang berbuat kelembutan :

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ قَالَ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ بُرْقَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ الْبَهِيِّ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ مَنْ رَفَقَ بِأُمَّتِي فَارْفُقْ بِهِ وَمَنْ شَقَّ عَلَيْهِمْ فَشُقَّ عَلَيْهِ

“Telah berkata kepada kami Waqi’ berkata, telah berkata kepada kami Ja’far Bin Burqon dari Abdulloh Al-Bahiyyi, dari Aisyah berkata, berkata Rosululloh Sallallohu ‘alaihi wasallam: Ya Allah, Barangsiapa yang bersikap lemah lembut kepada ummatku maka lembutilah kepadanya dan barangsiapa yang menyusahkan kepada ummatku maka berikanlah kesusahan kepadanya”.[16]

Dalam jalan yang lain, Rosululloh SAW bersabda :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَبِيعَةَ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ بُرْقَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ الْمَدِينِيِّ وَغَيْرِهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ ارْفُقْ بِمَنْ رَفَقَ بِأُمَّتِي وَشُقَّ عَلَى مَنْ شَقَّ عَلَيْهَا

“ Telah berkata kepada kami Muhammad bin Robi’ah dari Ja’far Bin Burqon dari Abdulloh Al-madiniy dan selainnya dari Aisyah berkata, berkata Rosululloh Sallallohu ‘alaihi wasallam: Ya Allah, bersikap lembutlah kepada orang yang bersikap lembut kepada ummatku, dan berikanlah kepada mereka kesusahan kepada orang-orang yang memberikan kekusahan kepada ummatku”.[17]

Sebab kebaikan sesuatu adalah kelembutan, sebagaimana hadits Rosululloh SAW :

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْمِقْدَامِ وَهُوَ ابْنُ شُرَيْحِ بْنِ هَانِئٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ

“Telah berkata kepada kami Ubaidulloh bin mu’adz Al-‘Anbari, telah berkata kepada kami ayahku, telah berkata kepada kami Syu’bah dari Miqdam yaitu Ibnu Syuraih bin Hani’ dari ayahnya dari Aisyah istri nabi Muhammad Sallallohu ‘alaihi wasallam dari Nabi Sallallohu ‘alaihi wasallam berkata: sesungguhnya kelembutan terletak pada sesuatu kecuali akan mengiasinya, dan tidaklah kelembutan tersebut dicabut dari sesuatu kecuali membuat jelek” [18]

Bahkan tanda kebaikan seseorang adalah tatkala orang tersebut bersikap lemah lembut, Rosululloh SAW bersabda :

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ ح و حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ ح و حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ حَدَّثَنَا حَفْصٌ يَعْنِي ابْنَ غِيَاثٍ كُلُّهُمْ عَنْ الْأَعْمَشِ و حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَاللَّفْظُ لَهُمَا قَالَ زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا و قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ تَمِيمِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ هِلَالٍ الْعَبْسِيِّ قَالَ سَمِعْتُ جَرِيرًا يَقُولُا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ يُحْرَمْ الرِّفْقَ يُحْرَمْ الْخَيْرَ

“Telah berkata kepada kami Abu Bakar Bin Abi Syaibah dan abu said Al-Asyaj dan Muhammad bin Abdulloh Numair berkata: berkata Waq’ dan berkata kepada kami Kuraib, telah berkata kepada kami Abu Mu’awiyah dan telah berkata kepada kami Abu Said Al-Asaj, telah berkata kepada kami Hafsh adalah ibnu Ghiyats semuanya dari A’masy dari Tamim Bin salamah dari Abdurrohman bin Hilal Al-Absiyyu berkata, saya telah berkata dua jarir berkata: saya mendengar Rosululloh Sallallohu ‘alaihi wasallam berkata barangsiapa yang diharamkan kelembutan, diharamkan kepadanya kebaikan”. [19]

Orang-orang Persia masuk ke dalam Islam karena mengetahui akhlak Rosul dan para sahabatnya.Lihatlah akhlaknya rosul kepada orang arab badui yang buang air kecil di mesjid, Rosul tidak menghardiknya sehingga orang badui tersebut menerima dakwahnya.Mari kita melihat dakwahnya Abdulloh ibnul mubarok yang terkenal dengan kemuliaannya. Beliau adalah salah seorang yang memiliki tetangga dari kalangan orang kafir tapi karena akhlaknya yang baik sehingga orang kafir itu tertarik dengan agama Islam disebabkan akhlak dari Abdulloh Ibnul Mubarok.Pernah ada salah seorang imam yang menyelisihi dakwah ahlussunnah wal jama’ah. Dan orang ini sudah diketahui oleh Syaikh Abdul Aziz Bin Baz tentang penyimpangannya. Suatu ketika orang ini berkunjung kepada syaikh Abdul Aziz bin Baz.Syaikh Abdul Aziz Bin Baz menerimanya dengan baik serta melayaninya dengan baik disertai nasehat yang baik, dan tatkala mau kembali ke rumahnya syaikh Abdul Aziz Bin Baz mengantarnya sampai ke mobil. Tanggapan dari Imam tersebut : Syaikh Abdul Aziz adalah seorang wali Allah. Lihat pengaruhnya dari akhlaknya syaikh Bin Baz adalah orang tersebut meninggalkan pemikirannya yang menyimpang.

Kebenaran adalah sesuatu yang berat untuk diterima, maka jangan kita tambahkan lagi dengan perilaku yang tidak baik.Apabila kebenaran itu ditambahkan dengan akhlak yang baik maka akan terasa ringan diterima oleh kalangan manusia.Betapa banyak contoh-contohnya tadi sebagai pelajaran bagi kita semua khususnya para da’i dan muballigh agar diterima dakwahnya dikalangan masyarakat.

BAB III

CARA MENDAPATKAN AKHLAK YANG MULIA

Sebenarnya sangat banyak cara yang ditempuh agar mendapatkan akhlaq yang baik, akan tetapi kami menyebutkan beberapa cara mendapatkan akhlak yang mulia secara umum sebagai berikut :

Ø Banyak berdoa kepada Allah SWT agar diberikan akhlak yang mulia

Rosululloh SallAllahu ‘alaihi wasallam telah mengajarkan kepada kita doa agar kita dijauhkan dari Akhlak yang tidak baik.

Sebagaimana dalam hadits Rosul SAW:

حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ بَشِيرٍ وَأَبُو أُسَامَةَ عَنْ مِسْعَرٍ عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلَاقَةَ عَنْ عَمِّهِ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الْأَخْلَاقِ وَالْأَعْمَالِ وَالْأَهْوَاء

“Telah berkata kepada kami Sufyan Bin Waqi’, telah berkata kepada kami ahmad bin Basyir dan abu usamah dari mis’ar dari ziyad bin ‘ilaqoh dari pamannya berkata: Nabi berkata: Ya Allah, Aku berlindung kepadamu dari jeleknya akhlak dan pekerjaan dan hawa nafsu”.[20]

Ø Mengembalikan kepada Al-Qur’an dan Sunnah dan melihat kepada nash-nash yang menunjukkan pujian kepada akhlak yang mulia.Tatkala Allah SWT memuji orang yang bertaubat maka sebagai seorang muslim bersegera untuk bertaubat kepada Allah SWT .

Ø Berteman dengan orang yang dikenal dengan akhlak yang baik

Ini merupakan sikap seorang muslim agar agamanya dan dunianya terjaga dari hal-hal yang menjerumuskan kedalam hal-hal yang menyebabkan diri kita masuk ke dalam neraka, Allah SWT berfirman :

وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan” ( QS. Hud : 113 )

Bahkan Allah SWT memerintahkan agar kita dapat mengambil teman yang baik.

Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur”. ( QS. At-Taubah : 113 )

Bahkan rosul memberikan analogi ( permisalan )agar kita mampu menilai alangkah buruknya orang yang berteman dengan orang yang jelek,

Dalam hadits Rosululloh SAW :

حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَن بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى رِوَايَةً قَالَ الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَمَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ مَثَلُ الْعَطَّارِ إِنْ لَمْ يُحْذِكَ مِنْ عِطْرِهِ عَلَقَكَ مِنْ رِيحِهِ وَمَثَلُ الْجَلِيسِ السُّوءِ مَثَلُ الْكِيرِ إِنْ لَمْ يُحْرِقْكَ نَالَكَ مِنْ شَرَرِهِ

“Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Buraid Bin Abdulloh bin Abi Burdah dari Abi Burdah dari abi musa( satu riwayat )beliau berkata mu’min dengan mu’min yang lain seperti bangunan, saling memperkuat sebagiannnya dengan sebagian yang lain, dan perumpamaan duduk ( berteman ) dengan orang sholeh seperti penjual wangi-wangian, jika tidak terkena/memakai minyaknya, engkau akan mendapatkan baunya, dan perumpamaan duduk ( berteman )seperti tukang besi, jika tidak membakar pakaianmu,engkau akan mendapatkan keburukannya ( kotorannnya ).[21]

Dalam jalan yang lain, Rosululloh SAW bersabda :

حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ حَدَّثَنَا عَاصِمٌ الْأَحْوَلُ عَن أَبِي كَبْشَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا مُوسَى يَقُولُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ كَمَثَلِ الْعَطَّارِ إِنْ لَا يُحْذِيكَ يَعْبَقُ بِكَ مِنْ رِيحِهِ وَمَثَلُ الْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْكِيرِ

“Telah berkata kepada kami ‘Affan, telah berkata kepada kami Abdul wahid bin ziyad, telah berkata kepada kami ‘Ashim Al-Ahwal, dari Abi Kabsyah berkata, saya mendengar Abu musa berkata di atas mimbar, rosululloh Sallallohu ‘alaihi wasallam berkata: perumpamaan duduk dengan penjual minyak, jika tidak kamu terkena minyak, engkau akan mendapatkan baunya harum, dan perumpamaan duduk dengan orang jelek seperti tukang besi”.[22]

Ø Mencermati tentang bahaya dari sebab perilaku buruk.Misalnya ada seseorang yang dikucilkan oleh temannya disebabkan karena perilaku yang tidak baik.

Ø Senantiasa tergambarnya akhlak Rosululloh SAW.Lihat orang yang mengejar Rosulullah SAW ketika hijrah kemudian Rosulullah SAW mema’afkannya maka akibatnya orang tersebut, memeluk agama Islam. Sebagian orang Thoif yang melempari kepada Rosulullah SAW padahal ketika itu malaikat jibril mau menimpakan kepada mereka gunung uhud, tapi Rosulullah SAW mema’afkannya, sehingga datang kepada Rosulullah SAW dari kalangan orang Thoif yang masuk agama Islam.

Ø Mengetahui sejarah-sejarah salaful ummah ( orang –orang yang mulia dari agama Islam).

Ada suatu kisah yang bisa kita ambil pelajaran :

ü imam Syafi’i adalah salah seorang guru dari imam ahmad Rohimahulloh ta’ala. Suatu ketika telah terjadi perselisihan dikalangan mereka yang sangat besar dari perkara-perkara ijtihadiyah.Contohnya: imam Ahmad berpendapat bahwa orang yang meninggalkan sholat adalah kafir, sedangkan menurut imam syafi’i termasuk dosa besar ( tidak termasuk kafir ).Lihat diantara mereka tidak terjadi saling mengkafirkan, padahal mereka terjadi perbedaan pendapat. Bahkan imam Syafi’i dihormati bahkan dilayani dengan baik, begitupun sebaliknya.

ü Telah terjadi perselisihan antara Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albany dan Syaikh Hamud At-Tuwaijiri dalam masalah hukum niqob ( menutup wajah ),menurut Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albany adalah sunnah dan menurut Syaikh Hamud At-Tuwaijiri adalah wajib.Bahkan diantara mereka terjadi saling membantah dengan menyusun kitab-kitab.Akan tetapi kita lihat ketika Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albany di undang walimah ( pernikahan ) anaknya, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albany menjawab undangannya dan dijamu serta disanjung oleh Syaikh Hamud At-Tuwaijiri.

Ø Menjaga Lisan

Jika seandainya membicarakan tentang orang lain yang membuat orang lari dari kebenaran, maka hendaknya diam dari membicarakannya supaya kita bukan menjadi sebab orang jauh dari kebenaran.

Sebagaimana dalam hadits Rosululloh SAW :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ الْمُقَدَّمِيُّ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ سَمِعَ أَبَا حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

“ Telah mengatakan kepada kami Muhammad Bin Abi Bakar Al-Muqoddimiyyu, telah mengatakan kepada kami Umar Bin Ali mendengar dari kepada Abu Hazim dari Sahl bin Sa’di dari Rosululloh Sallallahu ‘alaihi wasallam berkata : Barangsiapa yang menjaga untuk saya diantara jenggotnya ( lisannya ) dan diantara kakinya( kemaluannya ),aku akan memberikan kepadanya syurga”.[23]

Ø Menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat

Menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat merupakan tanda-tanda orang yang beriman.

Allah SWT berfirman :

وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ

“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna” .( QS. Mu’minun :3 )

Dalam ayat yang lain, Alloh SWT menjelaskan tentang tanda – tanda orang beriman :

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata salam ( berpaling )”. ( QS. Al-furqon : 63 )

Dan menjadi tanda baiknya islam seseorang adalah dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Rosululloh SAW bersabda :

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ نَصْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ وَغَيْرُ وَاحِدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا أَبُو مُسْهِرٍ عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَمَاعَةَ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ قُرَّةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

“Telah berkata kepada kami ahmad bin nashr An-Nasaiburi dan selainnya berkata, telah berkata kepada kami abu Masyhur dari Isma’il bin Abdulloh bin Sima’ah dari Auza’i dari Qurroh dari Az-Zuhri dari Salamah dari Abu Huroiroh berkata: berkata Rosululloh Sallallohu ‘alaihi wasallam: diantara baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermafaat”.[24]

Dalam jalan yang lain, Rosul SAW bersabda :

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكَهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

“Telah berkata kepada kami Qutaibah, telah berkata kepada kami Malik bin Anas dari Az-Zuhri dari Ali Bin Husain berkata, berkata Rosulloh Sallallohu ‘alaihi wasallam: sesungguhnya dari tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat”.[25]

Dalam riwayat yang lain, Rosululloh SAW bersabda :

حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ شَابُورَ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ عَنْ قُرَّةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حَيْوَئِيلَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

“ Telah berkata kepada kami Hisyam bin Ammar, telah berkata kepada kami Muhammad Bin Syu’aib Bin Syabur, telah berkata kepada kami Al-Auza’i dari Qurroh bin Abdurrohman bin Haiwail dari Az-Zuhri dari Abu Salamah dari Abu Huroiroh berkata, berkata Rosululloh Sallallohu ‘alaihi wasallam: diantara baiknya islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat”.[26]

Dalam riwayat yang lain, Rosululloh SAW bersabda :

حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ وَيَعْلَي قَالَا حَدَّثَنَا حَجَّاحٌ يَعْنِي ابْنَ دِينَارٍ الْوَاسِطِيَّ عَنْ شُعَيْبِ بْنِ خَالِدٍ عَنْ حُسَيْنِ بْنِ عَلِيٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ قِلَّةَ الْكَلَامِ فِيمَا لَا يَعْنِيهِ

“ Telah berkata kepada kami Ibnu Numair dan Ya’la berkata telah berkata kepada kami Hajjah yaitu ibnu dinar Al-wasithiyya dari Syu’aib Bin Kholid dari Husain Bin Ali berkata: berkata Rosululloh Sallallohu ‘alaihi wasallam, sesungguhnya diantara tanda kebaikan islam adalah sedikit berbicara dalam hal-hal yang tidak bermanfaat”.[27]

Dalam jalan yang lain, Rosulloh SAW bersabda :

حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ دَاوُدَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

“ Telah berkata kepada kami Musa Bin Dawud, telah berkata kepada kami Abdulloh Bin Amar telah berkata kepada kami Ibnu Syihab dari Ali Bin Husain dari ayahnya Rodiallohu ‘anhu berkata, berkata Rosululloh Sallallohu ‘alaihi wasallam diantara baiknya islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat”.[28]

Demikianlah cara –cara mendapatkan akhlaq yang mulia yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Karena tidaklah kita ingin mendapatkan kebaikan kecuali mengikuti yang telah dituntunkan oleh Rosululloh.



[1] HR. Ahmad No.8939

[2] HR. Bukhori No. 3366

[3] HR. Bukhori No. 3549

[4] HR. Ahmad No.1068

[5] HR. Ibnu Hibban No. 485

[6] kitab musnad abu ya’la al-mushiliy Hadits No. 5793

[7] HR. Abu Dawud No. 4165

[8] Kitab Musnad Abu ya’la Al-mushily Hadits No. 3210

[9] HR. Tirmidzi No. 2221

[10] HR. Tirmidzi:2682, HR. Abu Daud:3641

[11] HR. Bukhori :100

[12] HR. Bukhori : 2842

[13] HR. Bukhori : 5559

[14] HR.Muslim: 67

[15] ( Madarijussalikin 2 / 479 )

[16] HR. Ahmad : 23.201

[17] HR. Ahmad : 25.037

[18] HR. Muslim : 4698

[19] HR. Muslim:4695

[20] HR. Tirmidzi: 3515

[21] HR. Ahmad : 18.798

[22] HR. Ahmad : 18.829

[23] HR.Bukhori :5993

[24] HR.Tirmidzi : 2240

[25] HR. Tirmidzi : 2240

[26] HR. Ibnu Majah : 3966

[27] HR. Ahmad : 1642

[28] HR. Ahmad :1646